PEMBAHARUAN

............ Bagi siswa siswa kelas X, kata sandi telah diperbaharui pada 8-4-2016, yang mau posting di Blog SMK Bukateja (Blog siswa) harap menghubungi nomor : 081391031086

Minggu, 27 Maret 2016

PERJALANAN HIDUP JENDERAL SOEDIRMAN

Jenderal Soedirman dilahirkan dari pasangan Karsid Kartawiraji dan Siyem sewaktu di desa Bodas, kecamatan Karang Jat, kabupaten Purbalingga, provinsi Jawa Tengah pada tanggal 24 Januari 1916 dan meninggal di Magelang Jawa Tengah pada tanggal 29 Januari 1950. Beliau adalah seorang perwira tinggi militer Indonesia dan panglima besar pertama Tentara Nasional Indonesia yang berjuang selama masa revolusi kemerdekaan.
Pada akhir tahun 1916 dia dibawa pindah bersama keluarganya ke Cilacap. Beliau tumbuh menjadi siswa yang rajin, dan beliau sangat aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler pramuka. Ketika Beliu masih sekolah mengangah pertama, dia sudah mulai menunjukkan jiwa kepemimpinannya. Maka dari itu dia sangat dihormati oleh masyarakat karena dia sangat taat terhadap agama Islam.
     Kemudian ketika dia sudah keluar dari sekolahnya, dia menjadi guru di dalah datu sekolah rakyat mulik Muhammadiyah pada tahun 1936. Karena kebijksanannya dalam mengabdi di sekolah tersebut, akhirnya dia daingkat menjadi kepala sekolah. Beliau juga sangat aktif dalam berbagai program Muhammadiyah lainnya, termasuk menjadi salah satu pemimpin organisasi Pemuda Muhammadiyah pada tahun 1937.
     Pada tahun 1944 beliau bergabung dalam angkatan Pembela Tanah Air (PETA) yang disponsori oleh Jepang. Ketika Beliau menjadi anggota PETA beliau berhasil mengentikan sebuah pemberontakan yang dipimpin anggota PETA lain. Namun, malangnya dia ditahan di Bogor. 
Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, Beliau dan tahanan lain mencoba untuk melarikan diri ke Jakarta dan kemudian bertemu dengan Presiden pertama di Indonesoia, yaitu Ir. Soekarno. Di Jakarta, beliau ditugaskan untuk mengurus penyerahan prajurit Jepang di Banyumas, yang ia lakukan setelah mendirikan salah satu cabang Badan Keamanan Rakyat (TKR)
     Pada tanggal 12 November 1945, Soedirman terpilih dalam suatu pemilihan Panglima Besar TKR yang diadakan di Yogyakarta. Saat menunggu konfirmasi, Soedirman memimpin suatu serangan terhadap pasukan Sekutu di Ambarawa. Keterlibatannya dalam Palagan Ambarawa membuat Soedirman mulai dikenal di masyarakat luas. Ia akhirnya dikonfirmasikan sebagai panglima besar pada tanggal 18 Desember. Dalam tiga tahun berikutnya Soedirman menyaksikan ketidakberhasilan negosiasi dengan pasukan kolonial Belanda, pertama setelah Persetujuan Linggajati lalu setelah Persetujuan Renville—yang mengakibatkan Indonesia harus menyerahkan wilayah yang diambil oleh Belanda pada Agresi Militer I. Ia juga menghadapi pemberontakan dari dalam, termasuk suatu percobaan kudeta pada tahun 1948. Menjelang kematiannya, Soedirman menyalahkan hal-hal ini sebagai penyebab penyakit tuberculosisnya; karena infeksi tersebut, paru-parunya yang kanan dikempeskan pada bulan November 1948.
     Pada tanggal 29 Januari 1950, Jenderal Soedirman meninggal dunia di MagelangJawa Tengahkarena sakit tuberkulosis parah yang dideritanya. Ia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kusuma Negara di SemakiYogyakarta. Ia dinobatkan sebagai Pahlawan Pembela Kemerdekaan. Pada tahun 1997 dia mendapat gelar sebagai Jenderal Besar Anumerta dengan bintang lima, pangkat yang hanya dimiliki oleh tiga jenderal di RI sampai sekarang, Haji Muhammad Soeharto, Abdul Haris Nasution dan dirinya sendiri.


Nama :  Anisa Usollihah (02)
             Nur Arif           (30)
Kelas : X Multimedia 1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar