PEMBAHARUAN

............ Bagi siswa siswa kelas X, kata sandi telah diperbaharui pada 8-4-2016, yang mau posting di Blog SMK Bukateja (Blog siswa) harap menghubungi nomor : 081391031086

Selasa, 05 April 2016

PANGERAN DARI REMBANG

Jenderal Sudirman adalah seorang pahlawan nasional Indonesia yang berasal dari Purbalingga. Beliau merupakan panglima besar Tentara Nasional Indonesia yang pertama dan seorang perwira tinggi pada masa Revolusi Nasional Indonesia.Jenderal Sudirman lahir dari pasangan Karsid Kartawiraji dan Siyem tepatnya pada tanggal 24 Januari 1916 di Bodas Karangjati, Rembang, Purbalingga. Ia diberi nama Soedirman oleh pamannya yang bernama Cokrosunaryo. Dalam ejaan bahasa Indonesia yang berlaku sejak tahun 1972 namanya dieja menjadi SudirmanSaat Sudirman berusia enam tahun, ayahnya meninggal dunia. Kemudian Cokrosunaryo mengadopsi Sudirman. Ia dibesarkan dengan baik juga diajarkan beretika dan tata krama yang baik, serta diajarkan untuk hidup dalam kesederhanaan. Beliau adalah anak yang taat pada agama, ia mempelajari ilmu Islam di bawah bimbingan Kyai Haji Qahar.Pada tahun 1944, Sudirman diminta untuk bergabung dengan tentara Pembela Tanah Air (PETA merupakan kesatuan militer yang dibentuk oleh Jepang pada tanggal 3 Oktober 1943 untuk membantu Jepang dalam menghalau serangan sekutu. Sudirman mulai masuk dan berlatih di Bogor, Jawa Barat. Ia dijadikan sebagai komandan dan dilatih oleh perwira dan tentara Jepang, para tentara dipersenjatai dengan peralatan yang disita dari Belanda. Setelah empat bulan pelatihan, ia diangkat sebagai Komanda Batalyon di Kroya, Banyumas, Jawa Tengah Pada tanggal 5 Oktober 1948, setelah perayaan hari jadi TNI ketiga, Soedirman pingsan. Setelah diperiksa oleh dokter, ia didiagnosis mengidap tuberkulosis (TBC). Pada akhir bulan, ia dibawa ke Rumah Sakit Umum Panti Rapih dan menjalani pengempesan paru-paru kanan, dengan harapan bahwa tindakan ini akan menghentikan penyebaran penyakit tersebut. Ketika berada di rumah sakit, Sudirman dan Nasution berdiskusi mengenai rencana untuk berperang melawan Belanda. Mereka sepakat bahwa perang gerilya, yang telah diterapkan di wilayah taklukan Belanda sejak bulan Mei, adalah perang yang paling cocok bagi kepentingan mereka. Sudirman mengeluarkan perintah umum pada 11 November, dan persiapannya ditangani oleh Nasution. Soedirman dipulangkan dari rumah sakit pada tanggal 28 November 1948.Pada tanggal 19 Desember, Belanda melancarkan Agresi Militer Kedua untuk merebut ibu kota Yogyakarta. Lapangan udara di Maguwo berhasil diambil alih oleh pasukan Belanda di bawah pimpinan Kapten Eekhout. Sudirman, menyadari serangan itu, kemudian memerintahkan stasiun RRI untuk menyiarkan pernyataan bahwa para tentara harus melawan karena mereka telah dilatih sebagai gerilyawan. Sudirman terus berjuang melawan penyakit yang dideritanya TBC dengan melakukan pemeriksaan di Panti Rapih. Ia menginap di Panti Rapih pada tahun 1949, dan keluar pada bulan Oktober, ia lalu dipindahkan ke sebuah sanatorium di dekat Pakem. Akibat penyakitnya ini, ia jarang tampil di depan publik. Sudirman dipindahkan ke sebuah rumah di Magelang pada bulan Desember 1949. Di saat yang bersamaan, pemerintah Indonesia dan Belanda mengadakan konferensi panjang selama beberapa bulan yang berakhir dengan pengakuan Belanda atas kedaulatan Indonesia pada tanggal 27 Desember 1949. Meskipun sedang sakit, Sudirman saat itu juga diangkat sebagai panglima besar TNI di negara baru bernama Republik Indonesia Serikat. Pada tanggal 28 Desember 1949, Jakarta kembali dijadikan sebagai ibu kota negara. udirman wafat di Magelang pada tanggal 29 Januari 1950. Keesokan harinya, jenazah Soedirman dibawa ke Yogyakarta, dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan. Baca selengkapnya

             Restu Fauzi (33)
Kelas  : X MM 1

1 komentar: